MAKALAH INDUSTRI 4.0
(ini isi tugas budaya politik ekonomi wilayah RRT punya Anggreani Gifanti)
PENDAHULUAN
Revolusi
Industri terdiri dari dua kata, yakni revolusi dan industri. Menurut KBBI
Online, revolusi adalah perubahan yang terjadi dengan sangat cepat, sedangkan
industri adalah usaha pelaksanaan suatu proses produksi. Berdasarkan pengertian
asal katanya, revolusi industri merupakan perubahan dalam proses produksi yang
sangat cepat. Hal ini sesuai dengan keadaan di masa sekarang dimana dengan
adanya revolusi industri, terjadi perubahan secara besar-besaran baik dalam
bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi.
Perubahan tersebut ditandai dengan peralihan dalam penggunaan tenaga kerja yang
sebelumnya adalah hewan atau manusia, digantikan oleh penggunakan mesin
berbasis manufaktur.
Revolusi Industri terjadi melalui empat era
revolusi industri. Yang pertama adalah Revolusi 1.0 yang merupakan era
mekanisasi. Revolusi industri 1.0 terjadi pada pertengahan abad ke-18 ditandai
dengan penemuan mesin uap oleh James Watt untuk mendukung mesin produksi.
Kemudian terjadi pengembangan jalur kereta api dan kapal layar. Hal ini
memberikan peningkatan luar biasa karena dapat menggantikan tenaga manusia dan
hewan menjadi tenaga mekanis untuk efisiensi produksi. Dampaknya, produksi
menjadi lebih banyak dan distribusi barang menjangkau ke berbagai wilayah sehingga
perdagangan terfasilitasi secara lebih efisien.
Revolusi 2.0 dikenal juga sebagai era
elektrifikasi. Revolusi industri 2.0 terjadi pada awal abad ke-20 ditandai
dengan ditemukannya energi listrik yang kemudian mendorong ditemukannya
berbagai teknologi lain misalnya lampu dan teknologi ban berjalan. Hal ini
berdampak pada efisiensi produksi tercapai hingga berkali-kali lipat.
Revolusi industri 3.0 dapat disebut dengan era
otomasi dan globalisasi. Revolusi industri 3.0 sendiri tidak begitu dikenal
seperti sebelum-sebelumnya. Perubahan pada era ini lebih ditandai dengan
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang mana memaksimalkan
penggunaan teknologi listrik dan penemuan lainnya yang mengubah cara hidup
masyarakat secara permanen. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi
sangat mempengaruhi cara kerja dan interaksi manusia.
Revolusi industri 4.0 merupakan revolusi
industri yang terjadi saat ini atau biasa dikenal dengan era digitalisasi.
Pertama kali dikenalkan konsepnya oleh Prof Klaus Scwab, Ekonom terkenal dunia asal
Jerman, Pendiri dan Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF), dalam bukunya
yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”. Pada era revolusi industri
4.0 inilah yang mengubah cara kerja, produksi, dan interaksi manusia secara
signifikan. Hal ini ditandai dengan kemajuan teknologi digital seperti
intelegensia (adanya kecerdasan buatan) dan Internet of Thing (IoT). Hal
tersebut mengintegrasikan dunia industri secara menyeluruh, sehingga memberikan
potensi kemajuan yang luar biasa dan mempengaruhi ilmu, ekonomi, industri,
hingga pemerintah. Terutama kecerdasan buatan yang disebutkan menjadi hal
penting dalam menghubungkan manusia dan mesin.
Masing-masing era memiliki ciri yang
membedakannya dengan yang lain. Namun, Revolusi industri 4.0 berbeda dengan
sebelumnya karena fokusnya pada integrasi teknologi dan data untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas, melalui penggunaan teknologi digital dan IoT yang
lebih luas.
Pada revolusi industri 4.0 ini memanfaatkan otomatisasi
dan digitalisasi untuk mengotomasi sebuah pekerjaan, menganalisis big data, dan
memungkinkan peralatan dan mesin untuk berkomunikasi secara real-time. Dampak
positifnya adalah serba memudahkan produktivitas berbagai industri, tetapi jika
berlebihan akan memungkinkan penggantian pekerjaan manusia dengan robot canggih
dan ketergantungan pada teknologi.
BAB II
KONSEP INDUSTRI 4.0
Konsep
industri 4.0 meliputi beberapa karakteristik seperti konektivitas, otomatisasi,
big data dan kecerdasan buatan. Menjadi sangat khas karena teknologi canggih
yang disebutkan dapat memengaruhi proses manufaktur. Pada dasarnya revolusi industri
4.0 adalah metode baru dalam pengendalian proses produksi yang lebih fleksibel dan
terintegrasi antara manusia, mesin dan internet.
Berikut
ini adalah karakteristik pada konsep industri 4.0.
a.
Konektivitas
Konektivitas
pada industri 4.0 menghubungkan sistem, perangkat, mesin, dan komponen bertukar
data secara real-time melalui jaringan internet. Contohnya, Internet of Things
(IoT) memungkinkan perangkat untuk berkomunikasi secara real-time dan
mengumpulkan data yang berguna untuk analisis dan pengambilan keputusan. IoT
adalah jaringan yang dilengkapi dengan sensor, perangkat lunak, dan teknologi
lain untuk tujuan menghubungkan dan bertukar data dengan perangkat dan sistem
lainnya melalui internet.
Contoh
dalam kehidupan sehari-hari bisa dilihat di jalan tol yang tap-in kartu akan
otomatis terpotong saldo, yang nantiya data pembayaran tersebut akan langsung
sampai ke dashboard utama.
Dalam
Industri 4.0, IoT memungkinkan mesin, peralatan, dan produk untuk saling
berkomunikasi dan memberikan informasi penting tentang kondisi dan operasional
mereka. Selain itu, pada proses manufaktur juga terdapat konektivitas melalui
sensor Internet of Things (IoT), yakni dalam kegiatan pemantauan mesin produksi
secara real-time. Mesin produksi dilengkapi dengan sensor IoT yang mengumpulkan
data tentang suhu, getaran, kecepatan, dan kondisi operasional lainnya. Data
ini dikirimkan secara real-time ke platform cloud untuk dianalisis. Dengan data
yang real-time kondisi mesin dapat dipantau secara terus-menerus dan
meningkatkan efisiensi.
b.
Otomatisasi
Otomatisasi
merupakan proses secara independen menggunakan teknologi tanpa atau sedikit
campur tangan manusia. Otomatisasi contohnya dalam penggunaan robot dan sistem
otomatis. Otomatisasi menjadi pilar utama industri 4.0 terutama dalam
manufaktur karena bertjuan untuk menciptakan pabrik pintar di mana berbagai
mesin bekerja otomatis dan dapat berkomunikasi mengirim data secara real-time.
Pabrik pintar dalam industri manufaktur ini menggunakan robotika dilengkapi
dengan sensor, aktuator, dan kecerdasan buatan yang memungkinkan mereka untuk
melakukan tugas-tugas yang dulunya hanya bisa dilakukan oleh manusia. Dengan
penggunaan robot dan sistem otomatis, perusahaan dapat meningkatkan
produktivitas, mengurangi kesalahan manusia, dan mempersingkat waktu siklus
produksi. Otomatisasi mampu melakukan tugas repetitive sehingga dapat
mengurangi resiko kesalahan bagi pekerja manusia.
c.
Big
Data
Big
data sangat penting pada era revolusi industri 4.0. sektor industri
memanfaatkan big data dengan cara mengekstrak informasi yang nantinya dapat
menciptakan strategi ataupun peluang bisnis. Pengolahan
data yang optimal dalam akan mampu memaksimalkan tujuan perusahaan dalam
memenangkan persaingan.
Big
Data merupakan data yang besar dihasilkan oleh mesin, perangkat, sensor, dan
sistem dalam lingkungan industri. Data ini mencakup informasi yang dikumpulkan
dari berbagai tahap proses produksi, yang sebelumnya juga diambil dengan cara
konektivitas IoT dan otomatisasi. Big data digunakan untuk meningkatkan
efisiensi, produktivitas, dan inovasi dalam manufaktur.
d.
Kecerdasan
Buatan
Kecerdasan
buatan atau artificial intelegence (AI) adalah teknologi yang meniru kecerdasan
manusia. AI dapat menganalisis data, membuat keputusan, dan melakukan
tugas-tugas kompleks secara otomatis yang biasanya dilakukan manusia. Dengan
mengintegrasikan AI, perusahaan dapat mengotomatisasi proses produksi,
meningkatkan kontrol kualitas, mengoptimalkan rantai pasok, dan mempercepat
inovasi produk.
AI
berperan penting dalam proses manufaktur. Misalnya pada pabrik manufaktur yang
menggunakan robot indutri dilengkapi dengan AI. Robot AI dapat bekerja tanpa
henti dengan presisi tinggi. Sistemnya yang berbasis AI yang dapat mendeteksi
cacat pada produk secara real-time selama proses produksi. Tidak hanya itu,
algoritma AI dapat digunakan untuk menganalisis pasar yang berguna untuk
melihat tren dan selera konsumen, hal ini berguna untuk merancang produk baru
yang lebih relevan bagi pelanggan.
Dari
karakteristik pada konsep industri 4.0 menjelaskan bahwa teknologi digital
telah mengubah banyak hal dalam cara produksi. Teknologi digital dalam Industri
4.0, seperti konektivitas, otomatisasi, big data, dan kecerdasan buatan, secara
signifikan mempengaruhi proses manufaktur, karena meningkatkan efisiensi,
mengurangi kesalahan dan biaya, serta meningkatkan kualitas dan inovasi.
BAB III
PENERAPAN INDUSTRI 4.0 DI NEGARA-NEGARA ASEAN
ASEAN merupakan
alah satu komunitas ekonomi terbesar di dunia memiliki peran yang besar di era
revolusi industri keempat. Hal ini didukung dengan populasi yang besar dan
pertumbuhan ekonomi yang cepat. Setiap negara di ASEAN menghadapi tantangan dan
peluang yang unik dalam mengimplementasikan Industri 4.0.
Bagian
ini akan meninjau berbagai inisiatif, kebijakan, dan proyek yang
diimplementasikan oleh Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam mendukung
transformasi digital di sektor manufaktur neagara tersebut.
a.
Indonesia
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan ekonomi
terbesar di Asia Tenggara, memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor
industrinya. Indonesia bergantung pada industri manufaktur, maka perlu lebih
cepat beradaptasi dalam industri 4.0.
Indonesia melalui inisiatif Making Indonesia 4.0 yang
diusung Kementerian Perindustrian mendorong adopsi teknologi dalam industri
manufaktur untuk meningkatkan daya saing. Tujuan utama dari inisiatif ini
adalah untuk menggerakkan transformasi digital di sektor industri manufaktur
agar dapat mengadopsi dan memanfaatkan teknologi canggih seperti kecerdasan
buatan (AI), Internet of Things (IoT), big data, dan sistem produksi
otomatisasi yang terintegrasi.
Selain itu, ada juga SINDI. SINDI atau Sistem Industri
4.0 Indonesia (SINDI) adalah inisiatif yang diluncurkan oleh Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia sebagai bagian dari "Making Indonesia
4.0". Tujuan utamanya adalah untuk mendorong transformasi digital di
sektor industri Indonesia agar lebih adaptif dan kompetitif dalam menghadapi
era industri 4.0. SINDI 4.0 mempertemukan semua perusahaan dan institusi di
Indonesia yang ingin bertransformasi menjadi 4.0 dan terhubung dengan semua
orang.
Kemudian proyek yang mendukung transformasi digital,
dapat dilihat pada perusahaan manufaktur seperti PT Krakatau Steel. Mereka
menggunakan sensor IoT dalam pengelolaan proses produksi baja mereka, untuk
monitoring kondisi mesin dan lingkungan produksi, sehingga dapat lebih efektif
dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
Implementasi Making Indonesia 4.0 diharapkan dapat
membawa dampak positif yang signifikan, seperti peningkatan produktivitas,
peningkatan kualitas produk, penciptaan lapangan kerja baru, serta memperkuat
posisi industri Indonesia dalam persaingan global. Namun, tantangan yang
dihadapi termasuk keterbatasan infrastruktur digital, kurangnya kesiapan sumber
daya manusia dalam menghadapi teknologi baru, dan kompleksitas regulasi yang
perlu disesuaikan untuk mendukung inovasi dan keberlanjutan.
b.
Malaysia
Revolusi industri 4.0 di Malaysia disebut dengan Revolusi
Industri Keempat (IR 4.0). Malaysia ingin menjadikan negaranya sebagai Centre
of Excellence for Industri 4.0. dengan cara menggabungkan pihak akademik, industri,
dan ahli teknologi untuk menghasilkan lebih banyak teknologi baru yang berdaya
saing global.
Malaysia menerapkan kebijakan nasional Industri4WRD
(National Policy on Industri 4.0). Ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi integrasi teknologi canggih di sektor manufaktur.
Selain kebijakan pemerintah, ada inisiatif lainnya
seperti Smart Manufacturing Integrated Platform (SMIP) dan Digital Free Trade
Zone (DFTZ). MIP memberikan platform bagi perusahaan untuk mengintegrasikan
teknologi baru ke dalam proses produksi mereka, sementara DFTZ mempromosikan
perdagangan elektronik yang lebih efisien dan berorientasi digital.
Dalam mengimplementasikannya sebagai proyek, Malaysia membangun
Kawasan Perindustrian Prai (atau Prai Industrial Estate dan Kawasan
Perindustrian Seberang Prai) terletak di Seberang Perai, Pulau Pinang, Malaysia.
Disana terdapat pabrik yang mengimplementasikan sistem otomatisasi dan robotika
untuk memperbaiki kualitas produk dan efisiensi operasional.
Meskipun demikian, masih ada tantangan dan peluang
yang perlu dihadapi Malaysia. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya
sumber daya manusia yang terampil, di mana banyak pekerja di sektor manufaktur
belum memiliki keterampilan teknis yang diperlukan untuk mengoperasikan dan
memelihara teknologi Industri 4.0. Hal ini dapat memperlambat adopsi teknologi
baru dan menghambat efisiensi produksi. Selain itu, ada investasi awal yang
tinggi dan infrastruktur digital belum merata menyebabkan kesenjangan dalam
adopsi teknologi antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Namun, di balik tantangan-tantangan ini, terdapat
berbagai peluang yang bisa dimanfaatkan Malaysia dalam mengadopsi Industri 4.0.
Dengan teknologi canggih memungkinkan pengembangan produk baru yang lebih
adaptif terhadap kebutuhan pasar. Dengan mengadopsi teknologi 4.0, perusahaan
Malaysia dapat bersaing lebih efektif di pasar global. Dukungan dari pemerintah
dan kolaborasi juga dapat memperkuat kolaborasi antara perusahaan, universitas,
dan pusat penelitian untuk inovasi yang berkelanjutan.
c.
Singapura
Singapura dapat dikatakan sebagai negara di ASEAN yang
telah memiliki agenda menghadapi revolusi industri 4.0. Bahkan Singapura dapat
disebut sebagai leader dalam inisiatif revolusi industri 4.0 di ASEAN.
Pemerintah Singapura aktif dalam mendukung tranformasi
digital. Melalui program seperti Smart Industri Readiness Index (SIRI) dan
Advanced Manufacturing and Engineering (AME) Program, Singapura mendorong
perusahaan-perusahaan di negaranya untuk mengadopsi teknologi canggih guna
meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi.
Proyek keberhasilannya adalah A*STAR's Model Factory @
ARTC. A*STAR's Model Factory @ Advanced Remanufacturing and Technology Centre
(ARTC) adalah salah satu inisiatif utama Singapura dalam mendukung transformasi
Industri 4.0. Ini merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai pabrik percontohan
dan pusat penelitian, yang bertujuan untuk mendemonstrasikan dan mengembangkan
teknologi manufaktur canggih.
Singapura juga menghadapi tantangan dan peluang dalam
perjalana transformasi digitalnya. Tantangannya terdapat pada perlindungan dan
keamanan, serta pada regulasi yang perlu diharmonisasi. Untuk peluangnya adalah
Singapura dukungan yang kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Dengan dukungan tersebut, Singapura dapat terus maju sebagai pemimpin dalam
transformasi digital di kawasan dan di dunia.
BAB IV
PENERAPAN
INDUSTRI 4.0 DI JEPANG
Jepang terkenal menjadi salah satu pemimpin
utama dalam menerapkan dan mengintegrasikan konsep Industri 4.0 dalam ekonomi
dan industri mereka. Di Jepang, perkembangan teknologi begitu pesat,
termasuk adanya peran-peran manusia yang tergantikan oleh kehadiran robot
cerdas. Inovasinya dalam teknologi dan industri di Jepang sangatlah terdepan
dan paling menonjol disbanding negara lainnya.
Perkembangan
teknologi di Jepang sudah sebegitu majunya, membuat pemerintah Jepang
merevolusikannya kembali ke 5.0. Lahirlah Society 5.0. Melalui Society 5.0,
kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan mentransformasi big data pada
segala sendi kehidupan serta the Internet of Things akan menjadi suatu kearifan
baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka
peluang-peluang bagi kemanusiaan.
Kembali
ke industri 4.0, Jepang telah aktif mengintegrasikan konsep Industri 4.0 dalam
industri manufaktur mereka dengan berbagai cara. Jepang menimplementasikannya
dengan cara penggunaan robotika, IoT, dan manufaktur cerdas. Integrasi
teknologi ini menjadi kunci dalam mendorong revolusi Industri 4.0 di negara
tersebut. Misalnya, Mitsubishi Electric di Jepang telah mengembangkan sistem
IoT untuk memantau dan mengoptimalkan kinerja mesin di pabrik mereka. Selain
itu, keberhasilan lainnya dapat dilihat pada FANUC Corporation. Perusahaan ini merupakan
produsen robot industri terkemuka di dunia, telah mengembangkan sistem kontrol
otomatis yang canggih untuk memungkinkan mesin-mesin mereka beroperasi dengan
lebih adaptif dan efisien. Ini memungkinkan pabrik-pabrik di Jepang untuk
meningkatkan produktivitas, presisi, dan fleksibilitas dalam proses manufaktur.
Integrasi
Industri 4.0 di Jepang tidak hanya meningkatkan produktivitas dan efisiensi,
tetapi juga memperkuat posisi mereka sebagai pemimpin global dalam inovasi
teknologi manufaktur. Meskipun demikian, Jepang tetap dihadapi dengan tantangan
dan peluang yang ada.
Tantangannya
terdapat pada investasi awal yang besar. Untuk menjadi negara yang khas dengan
perkembangan teknologi, pastinya memerlukan investasi yang besar dalam
infrastruktur agar dapat mengadopsi teknologi canggih. Tantangan lainnya,
beberapa sektor industri harus bergerak cepat dengan perubahan yang ada. Tak
jarang masih ada yang mengalami resistensi terhadap perubahan yang disebabkan
oleh adopsi teknologi baru. Selain itu juga ada kesesuaian regulasi yang harus
dibuat secara tepat.
Peluangnya
adalah dengan adopsi Industri 4.0, dapat menghasilkan efisiensi operasional
yang signifikan, mengurangi waktu siklus produksi, dan meningkatkan output
dengan biaya yang lebih rendah. Jepang juga mengalamo peningkatan daya saing
global dan memperkuat posisi nya dalam produk inovatif. Jepang, dengan fondasi
manufaktur yang kuat dan budaya inovasi, memiliki potensi besar untuk
memanfaatkan peluang ini. Sehingga dapat memposisikan Jepang sebagai pemimpin
dalam revolusi Industri 4.0 global.
BAB V
PENERAPAN
INDUSTRI 4.0 DI JERMAN
Inisiatif
Industrie 4.0 di Jerman merupakan strategi pemerintah dan industri untuk
menggabungkan teknologi digital dengan produksi manufaktur tradisional. Inisiatif ini
dilaksanakan oleh Jerman sejak tahun 2011. Dengan Industrie 4.0, Jerman akan
menggabungkan dunia digital (online) dengan dunia produksi manufaktur.
Cara
Jerman melalui Industrie 4.0 dalam menggabungkan dunia digital dengan dunia
produksi manufaktur diantaranya adalah standardasi Internasional. Yang mana, pada 2018, Jerman memajukan
inisiatif "Driving (International) Standardisation" untuk
mengintegrasikan rantai suplai dari berbagai negara mitra dagang. Jerman
memperluas rantai pasok dengan negara lain juga Amerika, Jepang, China, Italia,
dan Prancis. Tujuannya untuk standardisasi produk, komponen, dan proses.
Platfom Industrie 4.0 ini memetakan Reference Architecture Model for Industrie
(RAMI) 4.0 dengan model referensi dari negara-negara tersebut.
Jerman
telah berhasil menggabungkan dunia digital dengan produksi manufaktur melalui
inisiatif Industrie 4.0, menciptakan sinergi antara teknologi digital dan
proses manufaktur tradisional. Ini melibatkan standar internasional, kolaborasi
global, dan fokus pada keamanan serta keterampilan kerja.
Industrie
4.0 juga terdapat tantangan yang harus dihadapi. Misalnya kompleksitas dalam
standarisasi yang memerlukan persetujuan dari berbagai negara dan organisasi
internasional. Kemudian ancaman keamanan dan perlindungan data menjadi
tantangan karena berbasis digital (online).
Meskipun demikian, Industrie 4.0 juga menawarkan
Jerman peluang untuk memperkuat posisinya secara global melalui peningkatan
efisiensi, inovasi, dan daya saing.
BAB VI
KESIMPULAN
Penerapan
Industri 4.0 di negara-negara ASEAN, Jepang, dan Jerman menunjukkan bahwa
teknologi seperti IoT, otomatisasi, big data, dan kecerdasan buatan dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor manufaktur. Secara keseluruhan, penerapan
Industri 4.0 di berbagai negara menghadirkan peluang besar untuk meningkatkan
efisiensi dan daya saing, namun juga diiringi dengan tantangan yang signifikan
dalam hal infrastruktur, sumber daya manusia, regulasi, dan keamanan.
Peluang:
·
Peningkatan Daya Saing Global
Negara-negara dapat lebih efektif bersaing di pasar
internasional dengan adopsi teknologi canggih.
·
Inovasi Produk
Teknologi memungkinkan pengembangan produk baru yang
lebih relevan dengan kebutuhan pasar.
·
Efisiensi Operasional
Penerapan otomatisasi dan big data dapat mengurangi
biaya dan meningkatkan produktivitas.
·
Kolaborasi
Penguatan kerja sama antara pemerintah, industri, dan
akademisi mendorong inovasi berkelanjutan.
Tantangan:
·
Keterbatasan Infrastruktur Digital
Infrastruktur yang belum memadai dapat menghambat
adopsi teknologi baru.
·
Kurangnya Tenaga Kerja Terampil
Perlu adanya upskilling tenaga kerja untuk
mengoperasikan dan memelihara teknologi canggih.
·
Kompleksitas Regulasi
Regulasi yang belum sepenuhnya mendukung inovasi
teknologi perlu disesuaikan.
·
Keamanan Data
Ancaman terhadap perlindungan data dan keamanan siber
menjadi isu penting dalam penerapan teknologi digital.
References
About Fanuc. (t.thn.). Diambil
kembali dari Fanuc: https://www.fanuc.co.jp/en/profile/index.html
Fauzan, R. (2022,
Agustus 24). Industri Go Digital, tapi Baru 28 BUMN Tersertifikasi INDI
4.0. Diambil kembali dari Ekonomi Bisnis Com:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220824/257/1570254/industri-go-digital-tapi-baru-28-bumn-tersertifikasi-indi-40
Industrie 4.0,
Penerapan Nasional Skala Global Industri 4.0 di Jerman. (2019, October).
Diambil kembali dari IndonesiaRe:
https://www.indonesiare.co.id/en/article/industrie-40-penerapan-nasional-skala-global-industri-40-di-jerman
Kala Ayu, N. A. (2018).
PERSAINGAN INDUSTRI 4.0 DI ASEAN: DIMANA POSISI INDONESIA? ResearchGate.
Kementerian Sains,
Teknologi dan Inovasi Malaysia. (2017). Revolusi Industri Keempat (IR 4.0).
Diambil kembali dari Portal Resmi Kementerian Sains, Teknologi dan Inovasi
Malaysia: https://www.mosti.gov.my/fokus/revolusi-industri-keempat-ir-4-0/
Ketrina. (2023, July
5). Robotika dan Automasi: Transformasi Industri Menuju Era 4.0.
Diambil kembali dari IDMETAFORA: https://idmetafora.com/id/blog/read/3631/Robotika-dan-Automasi-Transformasi-Industri-Menuju-Era-40.html
Mantik, H., &
Awaludin, M. (t.thn.). REVOLUSI INDUSTRI 4.0: BIG DATA, IMPLEMENTASI PADA
BERBAGAI SEKTOR INDUSTRI (BAGIAN 2). Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma, 107-110.
Penang South Island -
Penang Infrastructure Corporation. (t.thn.). Diambil kembali dari Penang Infra:
https://penanginfra.com/penang-south-islands/?lang=ms
Revolusi Industri 5.0
ala Jepang: Human-Centered Society. (2019, January). Diambil kembali dari KARINOV: https://karinov.co.id/revolusi-industri-5-jepang/
Sutrisno, A. (2018,
October). REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN BERBAGAI IMPLIKASINYA. Diambil
kembali dari Jurnal Tekno Mesin/Volume 5 Nomor 1 Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Tobing, S. (t.thn.). Singapura
Melangkah ke Industri 4.0 untuk Pulihkan Ekonomi (Bagian 2). Diambil
kembali dari katadata.co:
https://katadata.co.id/indepth/telaah/5e9a4e563c9ba/singapura-melangkah-ke-industri-40-untuk-pulihkan-ekonomi-bagian-2
0 Comments